BAB I

Latar belakang

Pendidikan merupakan wadah yang berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia ynag beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan dibutuhkan sosok yang mampu menjadi tumpuan proses pendidikan itu berlangsung.
 Teach “guru atau pendidik” memiliki peran aktif dalam masa perkembangan di bidang akademik anak. Guru umumnya merujuk dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik. Pada jenjang usia dini, guru atau pendidik AUD (Anak Usia Dini) mempunyai peran yang sangat berpengaruh akan perkembangan anak yang akan diri anak bawa ke usia yang lebih dewasa nantinya.
Seorang guru harus mampu menjadi contoh sebagai kepribadian yang baik, seperti halnya yang di lakukan oleh rosulullah. Rasulullah Muhammad adalah contoh guru terbaik yang pernah ada dalam sejarah kehidupan manusia. Banyak teladan yang Rasulullah Muhammad contohkan kepada kita agar kita bisa mengamalkannya untuk kehidupan umat manusia, sebagaimana kisah ; Di sudut pasar Madinah Al-Munawarah seorang pengemis Yahudi buta, hari  demi hari apabila ada orang yang mendekatinya ia selalu berkata "Wahai saudaraku jangan dekati Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila kalian mendekatinya kalian akan dipengaruhinya".
Setiap pagi Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawa makanan, dan tanpa berkata sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapi makanan yang dibawanya kepada pengemis itu walaupun pengemis itu selalu berpesan agar tidak mendekati orang yang bernama Muhammad.
Rasulullah SAW  melakukannya setiap hari hingga menjelang Beliau SAW wafat.
Setelah kewafatan  Rasulullah tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis Yahudi buta itu. Suatu hari Abu Bakar r.a berkunjung ke rumah anaknya Aisyah r.ha. Beliau bertanya kepada anaknya, "anakku adakah sunnah  kekasihku yang belum aku kerjakan", Aisyah r.ha menjawab pertanyaan ayahnya, "Wahai ayahanda engkau adalah seorang ahli sunnah hampir tidak ada satu sunnah pun yang belum ayahanda lakukan kecuali satu sunnah saja".
"Apakah Itu?", tanya Abu Bakar r.a.
Setiap pagi Rasulullah SAW selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis Yahudi buta yang berada di sana", kata Aisyah r.a
Keesokan harinya Abu Bakar r.a. pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikannya kepada pengemis itu. Abu Bakar r.a mendatangi pengemis itu dan memberikan makanan itu kepada nya.
Ketika Abu Bakar r.a. mulai menyuapinya, si pengemis marah sambil berteriak, "siapakah kamu ?". Abu Bakar r.a menjawab, "aku orang yang biasa". "Bukan !, engkau bukan orang yang biasa mendatangiku", jawab si pengemis buta itu. Apabila ia datang kepadaku tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya makanan tersebut dengan mulutnya setelah itu ia berikan pada ku dengan mulutnya sendiri", pengemis itu melanjutkan perkataannya. Abu Bakar r.a. tidak dapat menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, aku memang bukan orang yang biasa datang pada mu, aku adalah salah seorang dari sahabatnya, orang yang mulia itu telah tiada lagi.
Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW. Setelah pengemis itu mendengar cerita Abu Bakar r.a. ia pun menangis dan kemudian berkata, benarkah demikian?, selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap pagi, ia begitu mulia....
Pengemis Yahudi buta tersebut akhirnya bersyahadat dihadapan Abu Bakar r.a.
Di sinilah mental seorang pendidik harusnya terbentuk. Dia harus sabar menerima cobaan dan rintangan yang ada. Bukankah besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian? Bagaimana dengan guru – guru pada masa sekarang?
Sebagai guru PAUD kita tidak hanya mengajarkan tentang nilai akademik, namun akhlak harus se kokoh ka’bah.
Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (Q.S. Al-Baqarah: 261)
Sudahkah Anda bersedekah hari ini? Tidak akan pernah berkurang harta seseorang yang disedekahkan di jalan Allah Swt, malahan harta itu akan bertambah, bertambah dan terus bertambah. Karena sedekah yang iklas adalah pembuka pintu rizki, penolak bala, dan penyubur pahala. Berikut ini adalah dalil-dalil perintah Allah Swt akan sedekah:
Sedekah merupakan perbuatan yang baik, yang sangat dianjurkan dalam Islam. Dalam harta yang kita dapatkan ada sebagian dari rezeki milik orang lain, mereka adalah orang-orang fakir miskin, anak-anak yatim yang tidak mampu, orang yang berada di jalan Allah, dan sebagainya. Sebagian harta ini dapat dikeluarkan melalui berbagai macam cara yang sesuai dengan ketentuan syariat Islam, salah satunya melalui sedekah, akan tetapi bisa bermacam-macam. Diantaranya: memberikan harta, memberikan ilmu, memanfaatkan kedudukannya untuk membantu orang dan memenuhi kebutuhan mereka dan lain sebagainya. seperti: memberikan makan orang yang kelaparan, menasihati orang yang bodoh, menunaikan hajat manusia, dan menanggung beban mereka.

Rumusan Masalah
Selanjutnya, berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan beberapa masalah sebagai berikut:
1. Apa jenis media belajar  yang sesuai dalam hal  menumbuhkan motivasi agar  anak senang bersedekah ?
2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran menggunakan media belajar tersebut?

 Tujuan Pembuatan Makalah
1.      Memotivasi anak agar senang bersedekah
2.      Menumbuhkan rasa empati anak kepada sesama
3.      Menumbuhkan hubungan social
4.      Menjauhkan sifat sombong
5.      Membiasakan sifat suka berbagi


BAB II
LANDASAN TEORI
A.             Pengertian Motivasi

Menurut E. Kusmana Fachrudin (2000:44) motivasi dibedakan atas dua golongan yaitu : 
Ø    Motivasi AsliMotivasi asli adalah motivasi untuk berbuat sesuatu   atau dorongan untuk melakukan sesuatu  yang muncul secara kodrati pada diri manusia. 
Ø     Motivasi Buatan. Motivasi buatan adalah motivasi yang masuk pada diri seseorang baik usaha yang disengaja maupun secara kebetulan.

             Sejalan dengan pendapat Irianto (1997:247), motivasi eksternal adalah setiap pengaruh dengan maksud menimbulkan, menyalurkan atau memelihara perilaku manusia.
B.              Pengertian bersedekah
Sedekah asal kata bahasa Arab shadaqoh yang berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata.
Mengapa Sikap gemar bersedekah perlu dibangun pada jiwa anak?
Setiap anak yang lahir ibarat kertas kosong yang belum ditulisi dan diwarnai apa pun. Orangtua adalah pihak yang mula-mula mewarnai anak, apakah menjadi “merah, kuning, hijau, biru,” atau pun “jingga”. Jika warna-warna itu mewakili suatu nilai atau ukuran moral tertentu, maka baik dan buruk moralitas anak banyak bergantung pada bagaimana pola asuh, pendidikan, dan keteladanan yang ditunjukkan kedua orangtuanya.
Jika orangtua menginginkan anaknya menjadi seorang yang senang bersedekah, maka orang tua sendari dini harus mengajarkan dan mencontohkannya. Peran orangtua dalam menanamkan jiwa bersedekah kepada anak sangatlah dominan. Tidak hanya lingkungan keluarga saja namun bisa terjadi karena campur tangan orang lain yang juga dapat mempengaruhi anak dalam menumbuhkan jiwa “suka memberi”, seperti sekolah maupun lingkungan masyarakat.
Dijelaskan pengertian sedekah adalah suatu pemberian yang diberikan oleh seorang muslim kepada orang lain secara spontan dan sukarela tanpa dibatasi oleh waktu dan jumlah tertentu. Juga berarti suatu pemberian yang diberikan oleh seseorang sebagai kebajikan yang mengharap ridho Allah SWT dan pahala semata kebaikan hati terhadap sesama manusia atau bisa dikatakan kemurahan hati. Lalu bagaimana dengan orang yang kikir atau pelit? Maka dengan demikian sikap gemar bersedekah  haruslah di pupuk sedini mungkin. Usia dini adalah usia emas dimana awal dari pengalaman anak. Pengalaman hidup yang baik akan menghasilkan pribadi dan jatidiri yang baik.
Nah, kalau sudah begitu, apa saja yang dapat dilakukan para pendidik agar anak-anaknya tumbuh menjadi pribadi yang senang bersedekah, suka memberi, ringan tangan dalam menolong orang, dan punya kepedulian sosial yang besar?

Keutamaan Bersedekah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
·            “Sedekah dengan rahasia bisa memadamkan murka Allah.” (Shahih `    at-Targhib, 888)
·            “Sedekah bisa memadamkan dosa, sebagaimana air bisa    memadamkan api.” (Shahih at-Targhib, 866)
·            “Sesungguhnya sedekah akan memadamkan panas kubur bagi pelakunya. Sungguh pada hari Kiamat, seorang mukmin akan berlindung di bawah naungan sedekahnya.” (Silsilah as-Shahihah, 3484).
·            “Obati orang sakit di antara kalian dengan sedekah.” (Shahih At-Targhib, 744).
·            “Setiap datang waktu pagi, ada dua malaikat yang turun dan keduanya berdoa. Malaikat pertama memohon kepada Allah, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang memberi nafkah’, sementara malaikat satunya berdoa, ‘Ya Allah, berikan kehancuran bagi orang yang pelit.’ ”(HR. Bukhari dan Muslim).
·            “Sedekah tidak akan mengurangi harta.” (HR. Muslim)


C.       Permainan ’Karambol'

Mengapa memilih carambol sedekah sebagai Media Belajar?
Karambol, di lihat dari namanya memang terlihat tidak menarik. Bahkan akan merujuk pada sisi negative, namun dalam kesempatan ini akan dikemas dalam sebuah media pembelajaran yang unik dan has sehingga melekat pada diri anak. Carambol sedekah merupakan media belajar yang cocok untuk mengembangkan aspek perkembangan anak dalam melatih anak senang bersedekah menggunakan cara permainan yang bervariatif. Adapun permainan ini merupakan media sebagai perantara mengenalkan pada anak dalam hal mengenal konsep matematika, membangun sikap social, menumbuhkan empati pada sesama, menumbuhkan sikap rendah hati dan tidak sombong,bekerja sama.
Karambol adalah media belajar yang terbuat dari papan yang di lipit dengan kertas tebal, berbentuk persegi empat .yang masing – masing sudut terdapat  lubang, dan lampu led di letakkan pada salah satu sisi, sehingga ketika koin di sodok menuju salah satu lubang yang di inginkan dari pemain, maka koin yang masuk ke dalam lubang maka lampu akan menyala, setelah pemain berhasil memasukkan koin ,maka pemain berhak mengambil gambar  yang terdapat di kotak  bawah , tempat jatuhnya koin tersebut , jika anak sudah mengambil gambar ,maka di berikan ke ustadzah, lalu ustadzah mencatat  dalam  table, adapun nama – nama yang sudah tercatat maka ustadzah akan menyampaikan tugas tersebut ke orang tua melalui group wa, sebagai tugas  akhir pekan. Lalu orang tua  melaksanakan tugas tersebut dan mengirimkan tugas masing – masing anak melalui ke ustadzah melalui group wa.
Adapun cara penggunaanya karambol sedekah ini adalah anak memilih dan menentukan tujuan yang ingin di lakukan, karena masing – masing lubang mempunyai maksud dan tujuan yang berbeda – beda , lubang 1( lampu berwarna merah ) tentang; berinfak di masjid , lubang 2 ( lampu berwarna kuning ) tentang; berbagi makanan pada tetangga atau teman, lubang 3( lampu berwarna biru ); tentang berbagi pada pengemis, lubang 4 ( lampu berwarna hijau ) tentang ; membantu membersihkan masjid.
Ketika anak bermain dengan media ini, diharapkan anak  melakukan dengan senang dan tidak terpaksa, karena kelanjutanya harus mengaplikasikan di lingkungan masing – masing. Permainan ini di lakukan dengan  vokus, sabar  dan berhati – hati agar koin berhasil masuk ke lubang , ketika anak sudah menentukan pilihan dalam memasukkan koin pada salah satu lubang, dan koin berhasil masuk ke lubang , maka lampu akan menyala.

BAB III
METODE

1.      Metode pemberian tugas
Metode pemberian tugas adalah merupakan suatu metode mengajar yang diterapkan dalam proses belajar mengajar, yang biasa disebut dengan metode pemberian tugas. Buku yang  berjudul Startegi Belajar Mengajar  hal.132, Roestiyah mengatakan teknik pemberian tugas memiliki tujuan agar siswa menghasilkan hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melakukan tugas, sehingga pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu menjadi lebih terintegrasi.
Dengan pengertian lain tugas ini jauh lebih luas dari pekerjaan rumah karena metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan. Siswa dapat menyelesaikan di sekolah, atau dirumah atau di tempat lain yang kiranya dapat menunjang penyelesaian tugas tersebut, baik secara individu atau kelompok. Tujuannya untuk melatih atau menunjang terhadap materi yang diberikan dalam kegiatan intra kurikuler, juga melatih tanggung jawab akan tugas yang diberikan. Lingkup kegiatannya adalah tugas guru bidang studi di luar jam pelajaran tatap muka. Tugas ditetapkan batas waktunya, dikumpulkan, diperiksa, dinilai, dan dibahas tentang hasilnya.

BAB IV
ANALISIS DATA

Menurut analisis bahwa usia PAUD merupakan usia yang baik dalam menanamkan sikap bersosialisasi antar sesama, mengenal satu sama lain. Dalam kegiatan ini sangat baik dalam mengembangkan 5 Aspek dasar sikap berikut:
1. Sosial dan emosional
2. Moral agama
3. Bahasa
4. Kognitif
5. Motorik kasar serta
6. Motorik halus.



UMUR 1 TAHUN BELUM TUMBUH GIGI!!! 

Hai mommy mommy jaman now.

Tak perlu cemas anak mommy belum tumbuh gigi saat usia menginjak 1th. Pertama Coba beri vitamin yang mengandung unsur kalsium. Perlu di ketahui juga bahwa Menumbuhkan gigi memang butuh waktu, sekitar 4 sampai 6 bulan. Yang perlu di perhatikan adalah bila gigi anak mommy belum banyak, makanannya pakai yang lunak dulu ya mom.

"Harus super lunak atau lembek"

Nasi lembek, sayur lembek, lauk lembek.
Kalau tidak demikian,tidak dicerna dengan baik.

Karena fungsi gigi adalah mengunyah mencernah makanan sebelum sampai ke usus. Kalau tidak dicerna dengan baik, usus tidak mampu menyerap kandungan vitamin dan hal ini makin membuat pertumbuhan anak kurang optimal, termasuk pertumbuhan giginya. Susu juga sangat membantu yah mommy

Photo by PALOMA  Aviles from Pexels

ABSTRAK

PERMAINAN FISIK MOTORIK DENGAN KONSETRASI ANAK USIA DINI

Oleh :
Lanita Khasbiyatul Khabibah
824371496


Permasalahan yang di ungkap adalah bagaimana meningkatkan konsentrasi belajar anak dengan bermain Fisik motorik ?
Belajar sebenarnya terjadi pada tiga jenjang. Pertama, yang paling inti atau dasar adalah self system. Di atas self system ada meta-cognitive system Dan yang terakhir, yang tampak dalam bentuk kegiatan atau aktivitas belajar, anak duduk di kursi, pegang buku, membaca, mengerjakan soal, berusaha menghapal, atau apapun, disebut cognitive system. Dua jenjang pertama, self system dan meta-cognitive system tidak pernah bisa dilihat kasat mata karena ini terjadi di dalam diri anak. Self system adalah apa yang terjadi dalam diri anak sebelum ia memutuskan untuk belajar. Di dalamnya terdapat komponen relevansi, emosi, perasaan mampu. Bila anak merasa apa yang ia pelajari relevan dan berguna bagi dirinya, merasa senang dan mampu maka muncul motivasi internal yang akan mendorong akan ke tahap berikutnya yaitu meta-cognitive system.  Dalam meta-cognitive system terdapat komponen goal atau target yang hendak dicapai dan determinasi untuk terus belajar hingga tercapai tujuan. Ini yang membuat anak terus semangat dan terus mencoba. Dan terakhir, cognitive system adalah kegiatan belajar. Yang selalu tampak adalah yang ini. Bila anak tidak semangat belajar, malas, tidak fokus, sulit konsentrasi, ini adalah bagian dari cognitive system. Anak sulit konsentrasi bukannya mereka tidak mau konsentrasi. Bagaimana mungkin mereka konsentrasi bila apa yang mereka pelajari tidak menarik, mereka tidak suka, tidak relevan, dan mereka merasa tidak mampu. Solusinya? Pastikan anak merasa materi yang ia pelajari relevan, berguna, ia merasa senang, dan mampu sebelum mulai belajar. Dengan demikian guru hendaknya dalam proses pembelajaran tidak hanya berupa penyampaian teori saja kepada anak didik tetapi anak memerlukan adanya praktek langsung permainan Fisik Motorik untuk meningkatkan konsentrasi mereka dalam belajar.




BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Seperti halnya ungkapan yang sering kita dengar bahwa ”belajar tidak mengenal usia” sehingga tidak ada salahnya bila belajar dimulai sejak dini. Sebab anak usia 2-5 tahun mempunyai potensi yang luar biasa untuk berkembang sehingga seringkali masa ini disebut sebagai magic years. Selain itu pula emosional dan intelektual sudah terbentuk pada usia dini (Dr. Keith Osborn, Professor of Child Development, University of Gorgia). Dari hasil penelitian Dr. Keith  Osborn menunjukkan bahwa usia anak kurang dari 8 tahun adalah kesempatan emas untuk meningkatkan kecerdasan anak, karena pertumbuhan fisik otak berkembang pesat dimasa ini dan sekaligus merupakan masa kritis seorang anak untuk belajar dan berimajinasi. Hal ini disebabkan karena otak yang memiliki 110-160 milyar sel berkembang menjadi 20000 cabang syaraf yang berfungsi untuk menyimpan dan menata informasi. Pada usia 3-8 tahun otak berkembang dan berubah dengan cepat, dan saat seperti inilah peranan dari orang tua sangat besar untuk menciptakan suasana yang tepat bagi perkembangan anak yang dialami.
Pada usia anak Taman kanak - kanak sedikitnya mereka harus dapat berkonsentrasi penuh dalam melakukan  kegiatan yang diberikan oleh guru, karena akan memasuki jenjang Sekolah Dasar. Tetapi setiap anak tingkat konsentrasinya bervariasi, ini disebabkan karena adanya faktor lingkungan yang kurang mendukung contohnya : play station, internet,orang tua yang full time bekerja yang dapat mengurangi daya konsentrasi. Hal tersebut merupakan permasalahan yang harus di atasi. Kurangnya konsentrasi mengakibatkan gagalnya menerima pelajaran. Terkait hal di atas penulis memandang hal tersebut perlu diangkat sebagai bahan renungan yang harus diselesaikan. Oleh karena itu mengingat pentingnya hal tersebut penulis ingin membahasnya yang penulis beri judul “DENGAN PERMAINAN FISIK DAPAT MENINGKATKAN MINAT BACA ANAK YANG SULIT KONSENTRASI DI RA AZ ZAHRA SUKODONO”.
Konsentrasi belajar anak adalah bagaimana anak fokus dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu, hingga pekerjaan itu dikerjakan dalam waktu tertentu (Alim, 2009). Pada beberapa anak bisa mengalami kesulitan, kesusahan dan gangguan dalam hal konsentrasi (ketangkasan menanggapi sesuatu/respon) yang ia berikan. Banyak pula guru yang juga mengeluh dan bingung dalam meningkatkan dan mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi ketika pembelajaran berlangsung. Sulit berkonsentrasi, terlebih dahulu harus dilihat apa penyebab anak sulit berkonsentrasi. Bentuk pengajarannya yang tidak menarik dan membosankan, situasi lingkungan sekitar yang terlalu bising, ataukah anak memang mengalami kesulitan dalam berkonsentrasi.
Contoh bentuk dari masalah ini adalah tidak mendengarkan dengan baik, tidak mengikuti instruksi, dan mudah teralihkan. Prayitno (2008) mengatakan: “Gangguan konsentrasi berhubungan dengan kemampuan anak untuk rnemperhatikan dan berkonsentrasi, kemampuan yang berkembang seiring dengan perkembangan anak. Anak yang sangat terganggu konsentrasinya mengalami kesulitan untuk memfokuskan konsentrasinya, perhatiannya dan menyelesaikan tugas secara terus menerus.
Gangguan Konsentrasi Pada anak usia sekolah gangguan konsentrasi tampak pada gejala cepat bosan terhadap pelajaran atau sulit mendengarkan pelajaran yang diberikan guru di kelas sehingga di kelas sering mengobrol, sering bengong (melamun), tidak peduli, sangat cuek, membuat gaduh, dan bila dipanggil beberapa kali baru menoleh. Anak juga sering mengalami kehilangan barang di sekolah , tidak teliti, lupa perintah guru di sekolah dan suka terburu-buru. Meskipun mudah lupa atau short memory loss tetapi biasanya anak golongan seperti ini ingatan memori lamanya sangat bagus dan tajam. Meskipun pada umumnya penderita gangguan konsentrasi mempunyai kecerdasan yang cukup tinggi. Seringkali tampak anak tidak memperhatikan pelajaran tetapi bila ditanya bisa menjawab dengan benar. Di rumah anak tampak tidak bisa belajar lama, bila belajar harus dalam keadaan tenang atau biasanya saat tengah malam. Sebaliknya biasanya bisa bertahan lama pada hal yang disukai seperti menonton televisi, baca komik atau main game. Karena anak dengan gangguan konsentrasi tertentu tidak terganggu bila menghadapi hal yang disukai tetapi akan sangat bosan terthadap hal yang tidak disukai. Akibatnya dalam pelajaran sekolah akan didapatkan mata pelajatran tertentu sangat tinggi tetapi pelajaran lainnya sangat jelak.
Hal lain yang dijumpai di sekolah adalah sering sering lupa atau kehilangan barang. Nilai pelajaran naik turun drastis. .Anak tampak sering terburu-buru sehingga mengakibatkan perilaku tidak mau antri. Tidak teliti sehingga dalam mengerjakan soal sering salah bukan karena tidak bisa tetapi karena ketidak telitiannya. Sulit menyelesaikan pelajaran sekolah dengan baik. Gangguan konsentrasi bukan merupakan penyakit tetapi merupakan gejala atau suatu manifestasi penyimpangan perkembangan anak. Gangguan konsentrasi atau inatensi atau pemusatan perhatian yang kurang, dapat dilihat dari kegagalan seorang anak dalam memberikan perhatian secara utuh terhadap sesuatu. mudah sekali beralih perhatian dari satu hal ke hal yang lain.
Kualitas penampilan gangguan konsentrasi bisa yang ringan hingga berat Kualitas konsentrasi atau pola perhatian anak terhadap suatu hal terbagi menjadi beberapa klasifikasi. Kelompok yang paling berat adalah over exklusif dimana seorang anak hanya terfokus pada sesuatu yang menarik perhatiannya tanpa mempedulikan hal lain secara ekstrem. Misalnya pada bayi yang sedang memperhatikan kancing bajunya dan tidak mempedulikan rangsangan lain. Kondisi tidak ringan ini terjadi pada penderita Autis.
Kelompok dengan derajat sedang terjadi fokus perhatian anak mudah teralihkan. Perhatian hanya mampu bertahan beberapa saat saja, dan terganggu oleh suatu rangsangan yang mungkin tidak adekuat. Hal ini dinamakan kesulitan perhatian atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder. Kelompok dengan derajat ringan terjadi fokus perhatian anak mudah teralihkan. Perhatian hanya mampu bertahan beberapa saat saja oleh suatu rangsangan lain yang lebih adekuat Kondisi normal adalah pola yang paling baik karena anak mampu memperhatikan sesuatu dan mengalihkannya terhadap yang lain pada saat yang tepat tanpa kehilangan daya konsentrasi, pola ini merupakan pola normal perkembangan mental anak secara matang. Derajat ringan inilah yang sering terjadi pada anak usia sekolah.
Rentang Atensi atau lamanya waktu yang digunakan anak untuk menekuni suatu kegiatan dapat diamati sesuai usia. Rata-rata rentang atensi pada usia 2 tahun selama 7 menit, usia 3 tahun selama 9 menit, usia 4 tahun selama 12 menit, usia 5 tahun selama 14 menit. Kemampuan memusatkan perhatian berbeda-beda. Makin berkembang anak makin mampu menseleksi stimulus yang ada dan makin mampu memusatkan perhatian. Meskipun gangguan konsentrasi ini juga dapat terus terjadi sampai usia dewasa. Gangguan konsentrasi ini biasanya sudah dapat diamati pada usia bayi.
Tampak bayi sering berpindah-pindah perhatian pandangan matanya atau sering berganti mainan dalam waktu yang cepat. Biasaanya bayi tidak menyukai lingkungan suasana yang tidak luas seperti boks bayi yang kecil dan suasana di dalam kamar. Anak lebih menyukai lingkungan yang lebih lapang seperti tempat tidur yang luas dan anak sering minta keluar rumah. Dalam kondisi seperti itu seringkali prestasi di sekolahnya naik turun. Kadangkala rangking sekolah lima besar, tetapi beberapa tahun berikutnya rangking sekolahnya paling buncit. Bahkan terdapat beberapa kasus pernah rangking pertama tetapi tahun berikutnya terancam tinggal kelas. Gangguan konsentrasi pada anak sekolah kadang-kadang disertai gangguan lainnya seperti peningkatan gangguan emosi, agresif, gejala gerakan motorik berlebihan, hiperaktif dan gejala impulsif.
Peningkatan gangguan emosi berupa mudah marah dan meledak emosinya. Bila marah sering membanting barang, melempar atau berguling-guling di lantai atau tantrum. Sulit bekerjasama, suka menentang, keras kepala dan tidak menurut, Kadang suka menyakiti diri sendiri seperti menarik rambut, menyakiti kulit, membentur kepala dan lain lain. Gejala gerakan motorik berlebihan dan hiperaktif dapat dilihat dari perilaku anak yang tidak bisa diam. Duduk dengan tenang merupakan sesuatu yang sulit dilakukan. Ia akan bangkit dan berlari-lari, berjalan ke sana kemari, bahkan memanjat-manjat. Di samping itu, ia cenderung banyak bicara dan menimbulkan suara berisik. Aktifitas anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan yang ditandai dengan gangguan perasaan gelisah, selalu menggerak-gerakkan jari-jari tangan, kaki, pensil, tidak dapat duduk dengan tenang dan selalu meninggalkan tempat duduknya meskipun pada saat dimana dia seharusnya duduk degan tenang. Perilaku lain meliputi perasaan yang meletup-letup, aktifitas yang berlebihan, suka membuat keributan, membangkang dan destruktif yang menetap.
Gejala impulsif ditandai dengan kesulitan anak untuk menunda respon. Ada semacam dorongan untuk mengatakan atau melakukan sesuatu yang tidak terkendali. Dorongan tersebut mendesak untuk diekspresikan dengan segera dan tanpa pertimbangan. Contoh nyata dari gejala impulsif adalah perilaku tidak sabar. Anak tidak akan sabar untuk menunggu orang menyelesaikan pembicaraan. Anak akan menyela pembicaraan atau buru-buru menjawab sebelum pertanyaan selesai diajukan. Anak juga tidak bisa untuk menunggu giliran, seperti antri misalnya. Sisi lain dari impulsivitas adalah anak berpotensi tinggi untuk melakukan aktivitas yang membahayakan, baik bagi dirinya sendiri maupun orang lain. Keluhan lain pada anak besar adalah anak tampak clumsy (canggung), impulsif, sering mengalami kecelakaan atau jatuh, perilaku aneh atau berubah-ubah yang mengganggu, gerakan konstan atau monoton, lebih ribut dibandingkan anak lainnya., Pada anak yang lebih besar adalah tindakan yang hanya terfokus pada satu hal saja dan cenderung bertindak ceroboh, mudah bingung, lupa pelajaran sekolah dan tugas di rumah, kesulitan mengerjakan tugas di sekolah maupun di rumah, kesulitan dalam menyimak, kesulitan dalam menjalankan beberapa perintah, sering keceplosan bicara, tidak sabaran, gaduh dan bicara berbelit-belit, gelisah dan bertindak berlebihan, terburu-buru, banyak omong dan suka membuat keributan, dan suka memotong pembicaraan dan ikut campur pembicaraan orang lain Gangguan konsentrasi ini dapat dideteksi pada usia bayi.
Gejala yang dapat dikenali sebagai faktor predisposisi pada usia bayi adalah tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa diam sehingga tidak mau dibedong atau diselimuti. Bayi sangat sensitif terhadap suara dan cahaya, menangis, menjerit, sulit untuk diam, tidak bisa ditenangkan atau digendong, menolak untuk disayang, Head banging atau membenturkan kepala, memukul kepala, menjatuhkan kepala kebelakang.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah penulis uraikan dapatlah disusun permasalahan yang dijadikan acuan sehingga dapat tersusunnya tugas akhir ini sebagai berikut:
1. Mengapa konsentrasi dalam belajar itu sangat penting ?
2. Apa saja faktor-faktor yang menyebabkan anak sulit berkonsentrasi dalam belajar?
3. Bagamaimana upaya seorang guru dalam mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi dalam belajar?

C.  TUJUAN PENELITIAN

Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah tersebut di atas maka akan diketahui tujuan dari penulisan masalah ini, yaitu:
a.  Mengetahui pengertian konsentrasi belajar,
b. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan anak sulit berkonsentrasi,
c. Mengetahui bagaimana cara mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi.

D. MANFAAT PENULISAN

Dari beberapa uraian di atas bermula dari latar belakang, rumusan masalah dan tujuan penulisan semoga bermanfa’at bagi :
a. Penulis
Penelitian Tindakan kelas ini di susun untuk memenuhi salah satu tugas akhir perkuliahan semester VII. Selain itu penelitian ini merupakan upaya pengalaman ilmu pengetahuan tentang upaya mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi dalam belajar, serta pengetahuan lainnya yang didapat selama mengikuti perkuliahan.


b.    Guru
Penelitian tindakan kelas ini memberikan masukan untuk dapat mengatasi anak yang sulit berkonsentrasi dalam belajar sehingga lebih terarah dalam melakukan pembelajaran.
c.    Lembaga TK
Penelitian ini agar menjadi wacana dan dapat diamalkan dilembaga TK sehingga pembelajaran lebih terarah dan dapat mencapai tujuan yang diharapkan.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori
1. Definisi Membaca Pada Anak Usia Dini
Kemampuan membaca adalah salah satu fungsi kemanusiaan yang tertinggi dan menjadi pembeda manusia dengan makhluk lain. Di dunia modern saat ini, kemampuan membaca dapat menentukan kualias seorang manusia. Banyak membaca dapat menjadikan seseorang memiliki ilmu pengetahuan luas, bijaksana, dan memilik nilai-nilai lebih dibandingkan orang yang tidak membaca sama sekali, sedikit membaca atau hanya membaca bacaan tidak berkualitas. Baca atau membaca dapat dirtikan sebagai kegiatan menelusuri, memahami, hingga mengeksplorasi berbagai simbol. Simbol dapat berupa rangkaian huruf-huruf, dalam suatu tulisan atau bacaan, bahkan gambar. Walaupun membaca diartikan demikian, tetapi secara khusus membaca diartikan mengerti tulisan. Sekarang bagaimana menjadikan anak mampu membaca dengan baik? Untuk menjadikan anak mampu membaca yang terpenting dilakukan orang tua dan guru adalah memilih media atau sarana yang dapat membantu mengasah kemampuannya dengan cara yang menyenangkan. Pendidikan di Taman Kanak-Kanak dilaksanakan dengan prinsip bermain sambil belajar atau belajar seraya bermain sesuai dengan perkembangan anak didik (Anonymous, 2001:5). Pelaksanaan pendidikan tersebut harus terencana, terprogram dan tetap memperhatikan tingkat perkembangan anak. Penggunaan strategi, metode dan sumber atau media belajar mengajar harus disesuaikan dengan kebutuhan, minat dan kemampuan anak didik.
Membaca permulaan (dini) ialah membaca yang diajarkan secara terprogram (secara Formal) kepada anak pra sekolah. Dimana pengajaran membaca secara umum dapat dibagi kedalam dua tahap yaitu pengajaran membaca permulaan dan pengajaran membaca lanjutan. Adapun menurut Darwadi (2002) menyatakan bahwa: Membaca permulaan merupakan tahap awal dalam belajar membaca yang difokuskan kepada mengenal symbol-simbol atau tanda-tanda yang berkaitan dengan huruf-huruf sehingga menjadi pondasi agar anak dapat melanjutkan ketahap membaca permulaan. Sedangkan tahap membaca lanjutan menurut (Amin, 1995: 211)  Membaca lanjutan adalah anak tidak sekedar mengenal symbol atau tanda-tanda tapi sudah mempergunakannya untuk membaca kata atau kalimat sehinnga anak memahami apa yang di bacanya.  Membaca permulaan merupakan saat kritis dan strategis di kembangkannya kemampuan membaca tanpa teks yaitu membaca dengan cara menceritakan gambar situasional yang tersedia. Pengembangan yang tepat pada membaca permulaan ini perlu sekali, biasanya yang paling cocok dan sesuai anak yaitu membaca sambil bermain misalnya membaca menggunakan permainan kartu kata bergambar. Adapun menurut Shodiq (1996: 126) menyatakan bahwa Membaca permulaan merupakan tahap membaca permulaan yang lebih diarahkan kepada membaca.
Pada tahap membaca permulaan anak membaca huruf atau kata tidak lagi terlalu tergantung pads lingkungan tetapi pads saat tiba masa anak yaitu anak usia 6 tahun atau 7 tahun bagi anak normal. Pada tahap membaca ini kemandirian anak pada saat membaca mulai ada tetapi anak belum bisa di lepas sepenuhnya saat membaca kata atau kalimat untuk itu tahap ini masih perlu ada bantuan yang diberikan oleh guru atau orang tua kepada anak melalui berbagai latihan terbimbing. Dengan demikian penulis dapat menyimpulkan bahwa membaca permulaan merupakan tahap awal anak belajar membaca dengan fokus ada pengenalan simbol-simbol huruf dan aspek-aspek yang mendukung pada kegiatan membaca lanjutan. Oleh karena itu pengajaran remedial pada membaca permulaan memiliki peranan penting untuk mengatasi kesulitan-kesulitan membaca yang dihadapi oleh anak.
Membaca dalam proses pembelajaran memegang peranan yang sangat penting. Membaca merupakan sarana utama bagi seorang anak untuk mengasah keingintahuannya. Anak-anak yang memiliki kemampuan membaca yang baik pada umumnya memiliki kemampuan yang baik pula dalam mengungkapkan pemikiran, perasaan serta tindakan interaktif dengan lingkungannya. Oleh karena itu, perkembangan kemampuan membaca anak dalam proses pembelajaran harus memperoleh perhatian yang serius bagi pendidik (utamanya guru dan orangtua atau keluarga). Perkembangan kemampuan membaca anak dapat diamati melalui kemampuan bercerita, bercakap-cakap, membaca puisi, menyanyi dan sebagainya, yang kesemuanya ini dapat diperoleh dari berbagai sumber baik melalui bahan bacaan, diceritakan orang lain atau mendengar siaran-siaran media masa baik lewat radio atau televisi. Upaya untuk mengembangkan kemampuan berbahasa anak di Taman Kanak-Kanak dapat dilakukan melalui berbagai cara dan tahapan-tahapan tertentu.

2. Perbedaan Fokus dan Konsentrasi
Fokus adalah titik pusat pertemuan banyak garis cahaya dalam terminologi ilmu fisika. Dalam psikologi terapan fokus adalah memusatkan perhatian kepada satu urusan. Jadi fokus ialah singgle priority. Ketika seseorang mem-fokuskan fikirannya artinya segudang proses dalam fikirannya dia arahkan kepada satu urusan. Ada prioritas, ada upaya mengendalikan fikiran dan ada proses meremote fikiran.
Mengapa manusia perlu fokus?
Fakta ilmiah dalam psikologi modern menemukan fakta unik bahwa manusia tiap detik dapat merekam kurang lebih 2 GB informasi. Informasi yang diingat dan terekam lebih kuat adalah informasi yang di sadari dan masuk dalam prioritas fokus seseorang. Otak kita bekerja mengolah milyaran pesan dan informasi setiap waktu. Perlu kita ketahui hasil dari proses berfikir kita ditentukan kemana data dan informasi tersebut diarahkan. Fokus lah penentu hasil kerja otak tersebut.
Konsentrasi adalah proses memusatkan perhatian, dan menempatkan prioritas proses berfikir. Banyak orang terganggu dalam menghasilkan produk berfikir karena problem lemah dalam konsentrasi. Jika fokus menentukan kecepatan hasil berfikir maka konsentrasi menentukan kualitas hasil akhirnya. Substansi penting dalam konsentrasi adalah prioritas proses mental, dalam hal ini proses mengerahkan fikiran. Makin konsentrasi seseorang mengerjakan apa fokusnya, maka akan tercapai produk berfikir yang berkualitas sekaligus waktu berfikirnya relatif pendek.
Oleh karena itu konsentrasi sangat penting dan perlu dilatih. Pikiran kita tidak boleh dibiarkan melayang-layang karena dapat menyebabkan gangguan konsentrasi. Pikiran harus diarahkan kesuatu titik dalam suatu pekerjaan. Dengan begitu pikiran kita makin hari akan semakin kuat.

3. Substansi Konsentrasi  Pada Anak Usia Dini
Tingkat konsentrasi pada anak mesti diperhatikan dengan baik. Mengingat konsentrasi adalah salah satu hal penting sebagai kunci keberhasilan putra-putri kita.  Karena dengan konsentrasi yang baik akan memunculkan fokus sehingga hasil yang diharapkan akan bisa maksimal.  Apalagi "konsentrasi" sangat dibutuhkan untuk menyelesaikan persoalan sesuai dengan usia dan aktivitas yang dilakukan. Dalam beberapa contoh kasus masih ditemukan beberapa anak yang sulit konsentrasi terutama ketika sedang belajar.  Ada juga beberapa pengalaman para orang tua yang melihat sang buah hatinya ketika sedang bermain namun anak cepat bosan ataupun minta ganti mainan.  Lemahnya konsentrasi ini jika dibiarkan saja maka akan bisa berdampak buruk terhadap perkembangan anak. Idealnya anak yang normal harus bisa konsentrasi dan fokus terhadap aktivitas yang sedang dilakukannya.
Cara mudah untuk mengetahui tingkat konsentrasi anak yaitu dengan cara 3-5 menit dikalikan usia anak.  Misalnya jika usia balita adalah 3 tahun maka tingkat konsentrasinya minimal 3 menit dikali 3 yaitu 9 menit.  Jika balita 3 tahun tidak mampu bertahan selama 9 menit ketika sedang beraktifitas maka si balita tersebut bisa jadi mengalami gangguan konsentrasi. Ketika seseorang ataupun balita mengalami kesulitan konsentrasi maka perlu dicari penyebabnya maupun latar belakangnya.  Sebagai contoh misalnya jika anak tidak betah ketika sedang belajar di sekolah dan cenderung sering membuat gaduh maka kita bisa mencari penyebabnya.  Bisa jadi karena metode pengajarannya yang cenderung monoton ataupun bisa saja karena anak memang mengalami gangguan konsentrasi. Keluhan gangguan konsentrasi termasuk dalam satu jenis gangguan ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder.  Gangguan ini harus segera dicarikan solusinya agar tidak menjadi penyakit yang berkelanjutan.
Beberapa ciri sederhana dari gangguan konsentrasi antara lain yaitu mudah melakukan kesalahan yang sama dan berulang-ulang, bertindak sembrono, tidak mau mengikuti perintah, gampang dialihkan perhatiannya, tidak mau mendengarkan nasehat dan cepat lupa dengan aktifitas sehari-hari.  Hal ini bisa saja terjadi dimana saja sekolah, tempat kerja, kantor, klinik dan lain sebagainya.


BAB III
METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di RA AZ ZAHRA Perumahan. Masangan Asri B1 38 untuk  penyelesaian tugas Laporan Mata Kuliah Pemantapan Kemampuan Profesional Semester VII. Penelitian ini akan dilaksanakan pada awal semester I tahun ajaran 2016/2017, yaitu bulan September sampai dengan Oktober tahun 2016. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah, karena PKP memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses belajar mengajar yang efektif dikelas. Penelitian ini dilaksanakan Pada Kelompok B, pada Semester I Tahun Pelajaran 2016/2017 dengan jumlah siswa 15 anak, terdiri dari 4 siswa perempuan dan 11 siswa laki - laki.
2. Waktu Pelaksanaan
Waktu Peneitian RKH ke 1 perbaikan pada siklus I dilakukan pada hari Kamis, 13 Oktober 2016. Sedangkan RKH ke 1 pada siklus II dilakukan pada hari Kamis, 20 Oktober 2016. Rentang waktu masing - masing siklus dari siklus I ke siklus II berkisar 10 hari atau 2 minggu.
3. Tema yang digunakan oleh guru dalam melakukan penelitian ini menggunakan tema Binatang dengan sub tema :
- Binatang Ternak
- Binatang Buas
- Bianatang Darat dan Air
- Binatang Melahirkan dan Bertelur
- Binatang Melata
4. Subyek Penelitian
Subyek penelitian ini adalah kelompok B Ra Az Zahra Sukodono dengan jumlah 15 anak didik yang terdiri dari 4 anak perempuan dan 11 anak laki – laki. Adapun usia sekitar 5 – 6 tahun.
5. Upaya Penelitian
Penelitian ini berupaya untuk memperbaiki atau meningkatkan kemampuan dan ketrampilan guru dalam mengelolah proses belajar. Penelitian ini menekankan kepada kegiatan dengan menguji cobakan kedalam praktek yang diharapkan kegiatan tersebut mampu memperbaki dan meningkatkan kualitas proses belajar mengajar (Riyanto,2001:50)

B. Jenis dan Desain Penelitian
Permasalahan inti dalam penelitian ini adalah Peningkatan Minat Baca Anak Usia 6 – 7 Tahun dengan Latar Belakang sulit Konsentrasi dengan Permainan Fisik. Permasalahan ini berkaitan dengan proses pembelajaran di Sekolah. Hal ini berarti penelitian bertujuan untuk memecahkan permasalahan dalam proses belajar mengajar. Secara esensial penelitian ini sengaja dilakukan dengan menggunakan prosedur tertentu untuk mencari informasi tentang pembelajaran yang dilakukan guru maupun siswa dikelas. Penelitian ini berupaya untuk memecahkan masalah pembelajaran dengan melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata. Oleh karena itu penelitian ini sangat tepat dilakukan peneliti untuk mengetahui kelemahan dan kekurangan dalam proses belajar mengajar, sehingga kekurangan tersebut dapat diperbaiki.

Pada tahap ini, siswa mulai diberi tindakan - tindakan untuk merumuskan tema apa yang akan dipelajarinya. Guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan perangkat pembelajaran yang telah disusun sebelumnya yaitu model pembelajaran tematik. Adapun tahapannya sebagai berikut.

a) Pemetaan Kompetensi Dasar
Pada tahap ini guru melakukan pemetaan pada semua Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar bidang kajian yang dapat dipadukan. Kegiatan ini dilakukan untuk memperoleh gambaran secara menyeluruh dan utuh. Kegiatan ini pun dilakukan bersama -sama siswa, sehingga proses pembelajaran pun melibatkan siswa secara langsung.
b) Penentuan Topik/Tema
Setelah pemetaan Kompetensi Dasar selesai, langkah selanjutnya dilakukan penentuan topik/tema. Topik/tema yang ditentukan harus relevan dengan Kompetensi Dasar yang telah dipetakan. Dengan demikian, dalam satu mata pelajaran pada satu tingkatan kelas terdapat beberapa topik yang akan dibahas. Tema juga dipilih berdasarkan konsensus antar siswa, misal dari buku - buku bacaan, pengalaman, minat, dan isu - isu yang sedang berkembang di mayarakat.

c) Mengorganisasikan siswa untuk belajar
Guru menyampaikan kepada siswa tentang kegiatan kegiatan belajar yang harus ditempuh siswa dalam mempelajari tema atau topik atau materi pembelajaran kelompok.

d) Membimbing siswa melakukan kegiatan kreatif
Guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan kreatif setelah mereka  memahami satu tema yang sebelumnya telah dibahas bersama - sama. Contohnya seperti curah pendapat tentang tema yang telah ditentukan, menceritakan atau menulis cerita imajinatif dan membuat sebuah karya yang sesuai dengan tema yang telah dipelajari.

e) Mengevaluasi dan menganalisis proses kegiatan belajar mengajar
Guru bersama siswa mengkaji ulang proses kegiatan belajar mengajar yang telah dilakukan. Apakah karya yang siswa hasilkansesuai dengan tema yang telah ditentukan sebelumnya atau tidak

C. Diskripsi Per Siklus
1) Siklus I
(a) Perencanaan
Dalam perbaikan pembelajaran siklus ini dengan tujuan anak dapat konsentrasi terhadap apa yang ia kerjakan dengan media permainan fisik. Rencana kegiatan yang dibuat adalah sebagai berikut :
1) Pra KBM
Dalam kegiatan Pra KBM ini peneliti melakukan kegiatan berupa :
Menyusun Rencana kegiatan harian (RKH)
Menyiapkan media pembelajaran berupa alat permainan edukatif yakni, kartu kata yang dapat ditempel sesuai gambar dan gambar hewan
Menata ruang kelas belajar
2) Rencana Kegiatan dalam KBM
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan :
Pembukaan
Kegiatan inti
Kegiatan penutup

(b) Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran bermain permaina fisik yang melibatkan seluruh anggota tubuh anak, pembelajaran dilakukan selama 30 menit dengan tindakan berupa :

Pendahuluan (±5 menit)
Menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu memasangakan kata pada gambar dengan berjalan mundur di atas garis lurus sejauh  3 meter. Guru mengajak anak untuk konsentrasi terhadap kegiatan yang mereka lakukan.
Kegiatan inti (±20 menit)
Anak melakukan kegiatan fisik motorik yakni berjalan mundur pada garis lurus sejauh 3 meter kemudian memilih gambar untuk di pasang pada papan tempel kemudian mereka mencari kata yang sesuai dengan gambar yang mereka ambil. Guru mengamati anak dan melakukan penilaian, selain itu guru juga memberikan motivasi pada anak yang belum dapat mengambil kata sesuai gambar yang mereka pilih dengan membantu mengolah kosa kata.
Kegiatan penutup (±5 menit)
Guru menutup kegiatan dengan melakukan review serta memperagakaanya kembali di depan anak – anak, kemudian mengidupkan semangat mereka serta memberikan arahan yang baik untuk anak yang sulit konsentrasi. Guru tidak pula lupa memberikan reward atau hadiah pada siswa yang tertib dan sesuai aturan dalam menyelesaikan tugas.

(c)  Pengamatan
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh observer dengan cara melakukan pengamatan dam kegiatan permainan fisik. Observer mengisi instrument berupa lembar observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlasung. Selain itu juga peneliti dan observer melakukan pengamatan untuk melihat antusias anak dalam kegiatan tersebut.

(d) Refleksi
Tahap ini merupakan tahap evaluasi atau penilaian dan kritik, sehingga dimungkinkan terdapat perubahan – perubahan yang dibutuhkan, refleksi dilakukan oleh peneliti dan observer dengan melihat hasil pengamatan. Kegiatan ini dilakukan sebagai penyempurnaan yang dilakukan pada siklus II.


2) Siklus II
Siklus ini dilakukan atas dasar hasil dari siklus I
a. Rencana Tindakan
Rencana tindakan dilakukan seperti halnya siklus I, yaitu dengan menyusun program pembelajaran serta menyiapkan instrument. Rencana kegiatanyang di buat adalah sebagai berikut :

1) Pra KBM
Dalam kegiatan Pra KBM ini peneliti melakukan kegiatan berupa :
Menyusun Rencana kegiatan harian (RKH)
Menyiapkan media pembelajaran berupa alat permainan edukatif yakni beberapa kartu kata yang dapat ditempel yang akan menjadi kalimat sederhana dan gambar binatang
Menata ruang kelas belajar
2) Rencana Kegiatan dalam KBM
Kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan :
Pembukaan
Kegiatan inti
Kegiatan penutup

b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini peneliti melaksanakan pembelajaran bermain permaina fisik yang melibatkan seluruh anggota tubuh anak, pembelajaran dilakukan selama 30 menit dengan tindakan berupa :
Pendahuluan (±5 menit)
Menjelaskan tentang kegiatan yang akan dilakukan yaitu memasangakan kata pada gambar dengan melompat di atas garis lurus sejauh  2 meter. Guru mengajak anak untuk konsentrasi terhadap kegiatan yang mereka lakukan.
Kegiatan inti (±20 menit)
Anak melakukan kegiatan fisik motorik yakni melompat dengan dua kaki pada garis lurus sejauh 2 meter kemudian memilih gambar untuk di pasang pada papan tempel kemudian mereka mencari kata yang sesuai dengan gambar yang nantinya membentuk sebuah kalimat sesuai gambar mereka ambil. Guru mengamati anak dan melakukan penilaian, selain itu guru juga memberikan motivasi pada anak yang belum dapat mengambil kata sesuai gambar yang mereka pilih dengan membantu mengolah kosa kata.
Kegiatan penutup (±5 menit)
Guru menutup kegiatan dengan melakukan review serta memperagakaanya kembali di depan anak – anak, kemudian mengidupkan semangat mereka serta memberikan arahan yang baik untuk anak yang sulit konsentrasi. Guru tidak pula lupa memberikan reward atau hadiah pada siswa yang tertib dan sesuai aturan dalam menyelesaikan tugas.

c. Pengamatan
Pada tahap ini peneliti dibantu oleh observer dengan cara melakukan pengamatan dam kegiatan permainan fisik. Observer mengisi instrument berupa lembar observasi yang dilakukan selama proses pembelajaran berlasung. Selain itu juga peneliti dan observer melakukan pengamatan untuk melihat antusias anak dalam kegiatan tersebut.


d. Refleksi
Tahap ini merupakan tahap evaluasi atau penilaian dan kritik, sehingga dimungkinkan terdapat perubahan – perubahan yang dibutuhkan, refleksi dilakukan oleh peneliti dan observer dengan melihat hasil pengamatan. Kegiatan ini dilakukan sesuai proses pembelajaran berlangsung dan bertempat disekolah.

D. Metode Pengambilan Data
Metode yang diguanakan untuk pengambilan data adalah melalui observasi dengan menggunakan lembar observasi dann instrument kemampuan dalam kegiatan yang dilakukan anak.

No Kriterian Penilaian Nilai
1 Kemampuan dalam berjalan mundur pada garis lurus 20
2 Kemampuan melompat pada garis lurus 20
3 Kemampuan anak dalam ketangkasan membaca 30
4 Kemampuan anak meyusun kalimat sederhana 30

Keterangan :
0   - 30   =
31 – 60 =
61 – 90 =
91 – 100 =

E. Instrument Penelitian
Instrument penelitian yang diguanakn adalah lembar penilaian siswa dalam kegiatan fisik motorik :
1. Instrumen (Hasil belajar)
Aspek penilaian :
Kemampuan dalam berjalan mundur
Ketangkasan membaca dengan mencocokkan gambar sendiri
Tingkat Konsentrasi, Teratur, dan Tertib yang baik
a. Kemampuan dalam berjalan mundur
: Jika Siswa belum mampu
: Jika siswa mampu tapi masih membutuhkan bantuan guru
: Jika siswa mampu dengan sedikit bantuan guru
: Jika siswa mampu tanpa bantuan guru
b. Ketangkasan membaca dengan mencocokkan gambar sendiri
: Jika Siswa belum mampu membaca kartu kata
: Jika siswa mampu membaca kartu kata tapi masih
  membutuhkan bantuan guru
: Jika siswa mampu mencari dan membaca kartu kata
  dengan sedikit bantuan guru
: Jika siswa mampu mencari, membaca, dan mencocokkan
  kartu kata dengan gambar tanpa bantuan guru
c. Tingkat Konsentrasi, Teratur, dan Tertib yang baik
: Jika Siswa belum mampu konsentrasi, belum tertib, dan
  belum mematuhi aturan
: Jika siswa mampu mematuhi aturan, Tertib dan konsetrasi  
  tapi masih  membutuhkan bantuan guru
: Jika siswa mampu menmatuhi aturan, tertib, dan
  Konsentrasi dengan sedikit bantuan guru
: Jika siswa mampu mematuhi aturan, tertib, dan
  konsentrasi  tanpa bantuan guru

2. Instrumen Lembar Pengamatan Keterlaksanaan Pembelajaran Kegiatan :
Baris di halaman menyanyi lagu anak anak
Salam dan doa
Bercakap – cakap “Kehidupan Binatang Buas, makanan Binatang Buas.
Demonstrasi “bergerak sesuai instruksi guru” (menirukan gerakan ular)
Memasangkan kata sesuai gambar dengan berjalan mundur
Memasangkan angka sesuai hitungan jumlah hewan buas
Tulisan dengan gambar : Harimau, Singa, Buaya, Ular
Mencuci tangan, berdo’a sebelum dan sesudah makan
Bermain
Bercakap – cakap  “hormat menghormati”
Bercakap – cakap tentang kegiatan satu hari
Do’a pulang dan salam

3. Instrumen Lembar pengamatan Aktivitas Siswa
Kegiatan :
Memasangkan kata sesuai gambar dengan berjalan mundur
Memasangkan angka sesuai hitungan jumlah hewan buas
Tulisan dengan gambar : Harimau, Singa, Buaya, Ular

F. Perangkat Pembelajaran
Perangkat pembelajaran adalah semua administrasi yang dimiliki guru di dalam kelas, perangkat pembelajaran meliputi :
1. Promes (Program Semester)
2. Rencana Kegiatan Mingguan
3. Rencana Kegiatan Harian

G. Teknik Pengumpulan Data
Data diperoleh melalui observasi hasil tes dan evaluasi.

1. Observasi
Guru mengamati kemampuan siswa dalam berjalan mundur dan membaca kata serta memasangkan pada gambar yang sesuai dengan tertib serta patuh pada aturan kegiatan. Guna mengamati sikap atau perilaku dalam kegiatan tersebut, pengamat disini terdiri dari 2 guru yaitu guru pendamping kelas dan guru dari kelas tersebut.



2. Hasil Tes
Hasil tes diambil dari kemampuan siswa dalam berjalan mundur dan membaca kata serta memasangkan pada gambar yang sesuai dengan tertib serta patuh pada aturan kegiatan.

H. Teknik  Analisis dan Validitas Data
1. Rencana Analisis Data
Analisis data adalah cara yang digunakan dalam pengolahan data yang berhubungan erat dengan perumusan masalah yang telah diajukan sehingga dapat digunakan untuk menarik kesimpulan. Semua data yang terkumpul melalui observasi, mengalami proses analisis, penyederhanaan data, dan menyimpulkan data. Data yang terkumpul terdiri dari kregiatan siswa dianalisis secara deskriptif berdasarkan yang dihasilkan oleh siswa itu sendiri (unjuk kerja) yang muncul atau dimiliki oleh siswa pada saat proses pembelajaran. Kegiatan siswa yang diamati yaitu berjalan mundur dan membaca kata serta memasangkan pada gambar yang sesuai dengan tertib serta patuh pada aturan kegiatan.

2. Kegiatan Validitas Data
Menurut Wina Sanjaya (2011: 112) terdapat beberapa cara  yaitu :
Dengan menggunakan waktu yang cukup dalam proses penelitian.
Dengan membandingkan teori - teori yang relevan dengan masalah
penelitian.
Dengan cara mencari data dari berbagai suasana, waktu, dan tempat sehingga peneliti dapat melakukan pengecekan atau dapat membandingkan  data yang diperoleh.
Berdasarkan jenis pengumpulan data penelitian penggunaan metode observasi dan percakapan menjadi data diskriptif.




1. Data Hasil Belajar
Data ini diperoleh dari data teks dengan langkah pengambilan data sebagai berikut :
Tanya jawab diadakan sebelum proses penelitian kegiatan berjalan mundur dan membaca kata serta memasangkan pada gambar yang sesuai dengan tertib serta patuh pada aturan kegiatan berlagsung untuk mencari dua tingkat kemampuan anak dalam kegiatan tersebut.
Data hasil tes diperoleh setelah berakhirnya siklus satu dan dua, data tersebut digunakan untuk mengetahui kemampuan anak dalam berjalan mundur dan membaca kata serta memasangkan pada gambar yang sesuai dengan tertib serta patuh pada aturan kegiatan.
Hasil dari Tanya jawab dan tes selanjutnya oleh peneliti dianalisis dan dipaparkan secara diskriptif.

2. Aktifitas Siswa
Aktifitas siswa analisi data dari pengamatan terhadap aktifitas siswa diperoleh dari hasil observasi.

3. Tanggapan Siswa
Tanggapan siswa terhadap kegiatan berjalan mundur dan membaca kata serta memasangkan pada gambar yang sesuai dengan tertib serta patuh pada aturan kegiatan didapat dari hasil observasi dianalisi dalam bentuk diskriptif.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Diskripsi Per Siklus
Siklus I
Tujuan perbaikan : Dengan Permainan Fisik Dapat Meningkatkan Minat baca Anak Yang Sulit Konsentrasi Pada Kelompok B Di Ra Az Zahra Sukodono.
Hari  : Senin sampai dengan Kamis
Tanggal   : 19 September sampai dengan 13 Oktober 2016

a. Kegiatan pengembangan
Kegiatan anak yang lebih banyak bergerak ditambah dengan kegiatan konsentrasi, dalam rencana kegiatan harian siklus I ini anak akan melakukan kegiatan memasangkan kata sesuai gambar dengan berjalan mundur.
b. Pengelolaan Kelas
Penataan Ruang :
Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membuat tanda garis lurus guna berjalan mundur.
Pengorganisasian anak diubah menjadi berbaris dengan rapi dan tertib guna menunggu giliran.

1. Perencanaan
Perencanaan pada siklus I, peneliti bersama guru sebagai teman sejawat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bersama - sama menyusun rencana kegiatan mingguan dan rencana kegiatan harian sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan bahan dan alat peraga, menyiapkan lembar observasi untuk membantu kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Adapun indikator yang digunakan adalah :
Berjalan mundur, berjalan kesamping, pada garis lurus sejauh 2-3meter (F 2)
Membuat urutan bilangan dengan gambar 1 – 20 (K 35)
Menghubungkan tulisan dengan gambar (B 11)

2. Pelaksanaan
Siklus I dilaksanakan di RA Az Zahra Sukodono Sidoarjo dimulai tanggal 19 September 2016 sampai 13 Oktober 2016 di kelompok B dengan jumlah anak 15 dengan tema “Binatang”. Dalam pembelajaran ini guru dan anak melaksanakan langkah - langkah sebagai berikut :
a. Pembukaan (30 menit)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran melatih konsentrasi sehingga menumbuhkan  minat anak untuk membaca dengan menggunakan permainan fisik.

b. Inti
Guru memulai dengan memberikan contoh atau sebagai model untuk menarik minat anak - anak dalam  kegiatan tersebut.

c. Penutup
Guru memberi reward atau hadiah pada anak yang dapat mematuhi aturan kegiatan yang di buat guru.

3. Pengamatan
Dalam tahap observasi ini peneliti melakukan pengamatan sesuai dengan form yang disediakan. Pengamatan ini berjalan saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi terhadap hasil kerja siswa dan lembar observasi untuk peneliti. Hasil observasi siklus I sebagai berikut :

Table 4.1 hasil observasi kemampuan fisik motorik dalam kegiatan berjalan mundur pada siklus I
No Nama anak Sebelum Siklus I Sesudah Siklus II
1 Andhika *1
2 Arina *2
3 Ayi *2
4 Azzam *1
5 Bintang *1
6 Devran *1
7 Nabila *2
8 Naufal *2
9 Rangga *2
10 Rosa *3
11 Rifky *1
12 Tabitha *4
13 Zanuar *2
14 Zahra *2
15 Zizi *1

Keterangan :
Penilaian diberikan dengan skor berikut :
: Belum berkembang
: Mulai berkembang
: Sudah berkembang
: Berkembang sangat baik

HASIL OBSERVASI

SIKLUS I
Table 4.2 Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar
No Aspek Kemunculan Komentar
Ada Tidak Ada
1 Memberikan apresiasi sebelum menuju materi 
2 Penjelasan materi dengan metode dan media
3 Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran Sudah menggunakan metode yang tepat
4 Memberikan metode yang menarik Menggunakan metode yang terus berkembang
5 Model pembelajaran untuk kegiatan anak sesuai dengan tingkat perkembang anak Model pembelajaran kelompok
6 Penggunaan alat dalam kegiatan pembelajaran Menggunakan alat perga
7 Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran Anak kurang aktif
8 Hasil kerja anak Hasil unjuk kerja anak masih dibawah standart pencapaian
9 Kemampuan mengorganisasikan kelas Masih kurang ter organisasi

 Tabel 4.3 Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran
Pada Siklus Pertama
No Nama Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran

Minat Ketangkasan Membaca dengan gambar Berjalan Mundur sesuai garis lurus Patuh pada aturan permaianan
1 Andhika 3 4 1 1
2 Arina 1 1 2 2
3 Ayi 2 3 2 3
4 Azzam 1 3 1 3
5 Bintang 1 3 1 1
6 Devran 2 2 1 2
7 Nabila 2 2 2 1
8 Naufal 3 3 2 1
9 Rangga 2 2 2 1
10 Rosa 2 3 3 1
11 Rifky 2 3 1 1
12 Tabitha 4 4 4 4
13 Zanuar 2 3 2 1
14 Zahra 2 2 2 1
15 Zizi 2 2 1 1

X = (n x 4) + (n x 3) + (n x 2) + (n x 1)    x 100%
          n x skor tertinggi



Analisis data penilaian anak dilihat dari minat :
X = (1x 4) + (2 x 3) + (9 x 2) + (3 x 1)    x 100%
          15 x 4

Analisis data penilaian anak dilihat dari ketangkasan membaca dengan gambar :
X = (1x 4) + (7 x 3) + (6 x 2) + (1 x 1)    x 100%
          15 x 4

X = 4 + 21 + 12 + 1    x 100%
              60


Analisis data penilaian anak dilihat dari kemampuan berjalan mundur :
X = (1x 4) + (2 x 3) + (7 x 2) + (5 x 1)    x 100%
          15 x 4


Analisis data penilaian anak dilihat dari mematuhi aturan :
X = (1x 4) + (2 x 3) + (2 x 2) + (11 x 1)    x 100%
          15 x 4


Analisis Hasil Perbaikan Pembelajaran Siklus I
Hasil Rekapitulasi Kemampuan Memasangkan Kata dengan berjalan mudur
Dari 15 anak yang mampu melakukan kegiatan tersebut diatas  bintang  *(1) ada 10 anak, bintang *(2) ada 2 anak, bintang *(3) ada 2 anak, dan bintang *(4) ada 1 anak. Maka dapat dikatakan anak yang mampu menyelasaikan kegiatan sebanyak 53,75% sedangkan pembelajaran dikatakan berhasil apabila anak mampu mencapai 70%. Dari pernyataan ini maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran yaitu diadakan siklus II.

REFLEKSI
Dari hasil observasi selama berlangsungnya Siklus I dapat diuraikan sebagai berikut :

a. Kekuatan dan Kelemahan, tindakan perbaikan pengembangan
Faktor Kekuatan atau keberhasilan :
Anak dapat melakukan kegiatan yang memicu keberanian.
Dapat melatih anak untuk fokus pada suatu hal.
Melatih pembiasaan anak mematuhi aturan.
Faktor kelemahan atau kendala :
Guru kurang kreatif dalam pembentukan alat peraga.
Tidak semua anak memiliki ketangkasan dalam berjalan mundur.
Anak masih kurang fokus dan tidak mematuhi aturan permainan.

b. Kekuatan dan Kelemahan diri dalam merancang dan melakukan suatu
tindakan

Faktor Kekuatan atau Keberhasilan :
Semua telah dirancang dengan baik.
Rancangan kegiatan sesuai tema.

Faktor Kelemahan atau Kendala :
Alat peraga masih belum maksima.l
Anak anak belum terbiasa menggunakan alat peraga yang dibuat guru dalam pembelajaran ini.

Siklus II
Tujuan perbaikan : Dengan Permainan Fisik Dapat Meningkatkan Minat baca Anak Yang Sulit Konsentrasi Pada Kelompok B Di Ra Az Zahra Sukodono.
Hari  : Senin sampai dengan Kamis
Tanggal   : 10 Oktober sampai dengan 20 Oktober 2016

a. Kegiatan pengembangan
Kegiatan anak yang lebih banyak bergerak ditambah dengan kegiatan konsentrasi, dalam rncana kegiatan harian siklus II ini anak akan melakukan kegiatan memasangkan kata sesuai gambar dengan berjalan mundur.

b. Pengelolaan Kelas
Penataan Ruang :
Penataan ruang diubah sehingga terdapat area kosong untuk membuat tanda garis lurus guna berjalan mundur.
Pengorganisasian anak diubah menjadi berbaris dengan rapi dan tertib guna menunggu giliran.


1. Perencanaan
Perencanaan pada siklus I, peneliti bersama guru sebagai teman sejawat dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar bersama - sama menyusun rencana kegiatan mingguan dan rencana kegiatan harian sebagai acuan pelaksanaan pembelajaran, menyiapkan bahan dan alat peraga, menyiapkan lembar observasi untuk membantu kegiatan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Adapun indikator yang digunakan adalah :

Berjalan mundur, berjalan kesamping, pada garis lurus sejauh 2-3meter (F 2)
Membuat urutan bilangan dengan gambar 1 – 20 (K 35)
Menghubungkan tulisan dengan gambar (B 11)

2. Pelaksanaan
Siklus II dilaksanakan di RA Az Zahra Sukodono Sidoarjo dimulai tanggal 10 Oktober 2016 sampai 20 Oktober 2016 di kelompok B dengan jumlah anak 15 dengan tema “Binatang”. Dalam pembelajaran ini guru dan anak melaksanakan langkah - langkah sebagai berikut :

a. Pembukaan (30 menit)
Guru menyampaikan tujuan pembelajaran melatih konsentrasi sehingga anak minat untuk membaca dengan permainan fisik.

b. Inti
Guru memulai dengan memberikan contoh atau sebagai model untuk memancing ketertarikan anak anak dalam  kegiatan tersebut.
c. Penutup
Guru memberi reward atau hadiah pada anak yang dapat mematuhi aturan kegiatan yang di buat guru.

4. Pengamatan
Dalam tahap observasi ini peneliti melakukan pengamatan sesuai dengan form yang disediakan. Pengamatan ini berjalan saat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar dengan menggunakan lembar observasi terhadap hasil kerja siswa dan lembar observasi untuk peneliti. Hasil observasi siklus II sebagai berikut :

Table 4.4 hasil observasi kemampuan fisik motorik dalam kegiatan berjalan mundur pada siklus I
No Nama anak Siklus I Sesudah Siklus II
1 Andhika *1 *2
2 Arina *2 *3
3 Ayi *2 *3
4 Azzam *1 *2
5 Bintang *1 *2
6 Devran *1 *2
7 Nabila *2 *2
8 Naufal *2 *3
9 Rangga *2 *3
10 Rosa *3 *4
11 Rifky *1 *2
12 Tabitha *4 *4
13 Zanuar *2 *3
14 Zahra *2 *3
15 Zizi *1 *2

Keterangan :
Penilaian diberikan dengan skor berikut :
: Belum berkembang
: Mulai berkembang
: Sudah berkembang
: Berkembang sangan baik


HASIL OBSERVASI

SIKLUS II

Table 4.5 Hasil Observasi Kegiatan Belajar Mengajar

No Aspek Kemunculan Komentar
Ada Tidak Ada
1 Memberikan apresiasi sebelum menuju materi  Memberikan semangat untuk anak
2 Penjelasan materi dengan metode dan media
3 Metode yang digunakan dalam proses pembelajaran Sudah menggunakan metode yang tepat
4 Memberikan metode yang menarik Menggunakan metode yang terus berkembang
5 Model pembelajaran untuk kegiatan anak sesuai dengan tingkat perkembang anak Model pembelajaran kelompok
6 Penggunaan alat dalam kegiatan pembelajaran Menggunakan alat perga
7 Keaktifan anak dalam kegiatan pembelajaran Anak kurang aktif
8 Hasil kerja anak Hasil unjuk kerja anak masih dibawah standart pencapaian
9 Kemampuan mengorganisasikan kelas Masih kurang ter organisasi

 Tabel 4.6 Penilaian Anak Dalam Kegiatan Pembelajaran Pada Siklus Pertama

Minat Ketangkasan Membaca dengan gambar Berjalan Mundur sesuai garis lurus Patuh pada aturan permaianan
1 Andhika 4 4 3 3
2 Arina 3 2 3 4
3 Ayi 3 3 3 4
4 Azzam 3 3 3 4
5 Bintang 2 3 3 3
6 Devran 3 3 3 3
7 Nabila 2 2 2 3
8 Naufal 4 4 4 4
9 Rangga 3 3 4 4
10 Rosa 3 4 4 4
11 Rifky 3 4 3 3
12 Tabitha 4 4 4 4
13 Zanuar 3 4 3 3
14 Zahra 3 3 3 3
15 Zizi 3 3 3 3

X = (n x 4) + (n x 3) + (n x 2) + (n x 1)    x 100%
          n x skor tertinggi

Analisis data penilaian anak dilihat dari minat :
X = (3x 4) + (11 x 3) + (1 x 2) + (0 x 1)    x 100%
          15 x 4


Analisis data penilaian anak dilihat dari ketangkasan membaca dengan gambar :
X = (5x 4) + (8 x 3) + (2 x 2) + (0 x 1)    x 100%
          15 x 4


Analisis data penilaian anak dilihat dari kemampuan berjalan mundur :
X = (4x 4) + (10 x 3) + (1 x 2) + (0 x 1)    x 100%
          15 x 4

Analisis data penilaian anak dilihat dari mematuhi aturan :
X = (7x 4) + (8 x 3) + (0 x 2) + (0 x 1)    x 100%
          15 x 4


Maka dapat disimpulkan dalam bentuk diagram sebagai berikut :
Diagram 2.

REFLEKSI

Dari hasil observasi selama berlangsungnya Siklus II dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Keberhasilan pada siklus II
Anak dapat melakukan kegiatan yang memicu keberanian.
Dapat melatih anak untuk fokus pada suatu hal.
Melatih anak mematuhi aturan.

b. Faktor kelemahan atau kendala :
Anak anak merasa sangat senang dengan perbaikan di siklus II sehingga waktu terlampaui panjang.

B. Pembahasn Hasil Penelitian Perbaikan Kegiatan Pengembangan

Sebenarnya Anak usia 5 – 6 tahun telah mampu mematuhi aturan serta mudah untuk diarahkan ke tingkat konsentrasi yang lebih maksimal. Hanya saja terkadang anak tidak terbiasa dengan aturan yang tidak berjalan secara berkelanjutan. Anak – anak mampu mengembangkan tingkat konsentrasi yang dapat di apresisasi oleh orang lain.
Anak terlatih untuk lebih fokus dan konstrasi dengan mematuhi aturan aturan – aturan permainan yang telah dibiasakan dalam kegiatan pembelajaran sehari – hari.
Melakukan kegiatan fisik motorik di Taman Kanak – kanak memiliki bentuk yang menarik yang dapat disajikan pada anak Taman Kanak – kanak dalam hal menyampaikan materi pembelajaran yang bersifat bermain sambil belajar.
Fokus adalah ketika pikiran kita terpusat pada suatu titik objek yang menjadi sasaran kita. saat kita fokus semua fikiran kita tertuju pada suatu objek sehingga apa yang kita kerjakan akan mencapai suatu kesempurnaan atau keberhasilan. Sedangkan konsentrasi adalah pemusatan perhatian atau pikiran pada suatu hal.
Dari hasil dan pembahasan dari kegiatan fisik motorik dapat melatih konsentrasi anak pada siklus I dan siklus II, tujuan perbaikan yaitu untuk meningkatkan kemampuan daya konsentrasi anak dengan menggunakan permainan fisik terbukti dengan hasil presentasi pada siklus I dan siklus IIyang mana hasil siklus I yakni 53,75% dan hasil pada siklus II yakni 81,5%. Ini menunjukkan adanya peningkatan pada perbaikan di siklus II. Artinya melaui metode permainan fisik dapat meningkatkan daya konsentrasi anak.


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Segala puji syukur tiada henti kepada Allah yang maha Esa atas limpahan rahmat serta hidayahNya sehingga penulis telah dapat menyelesaikan laporan hasil pemantapan kerja profesional. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan Pemantapan Kerja profesioanl (PKP) masih banyak kekurangan dan kekeliruan, untuk itu penulis mengharap kritik dan sumbangan saran yang membangun. Semoga laporan ini dapat memberi manfaat bagi yang membacanya dan dapat dipergunakan sebagaimana mestinya, dan atas segala perhatiannya penulis mengucapkan terima kasih. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa media kartu kata, gambar, dan papan tempel mempunyai dampak yang positif untuik meningkatkan kemampuan konsentrasi anak dalam hal membaca melalui kegiatan memasangkan kata pada gambar dengan  berjalan mundur pada kelompok B di RA Az Zahra Sukodono. Hal ini dapat dilihat dari evaluais pengamatan pada kegiatan pengembangan rencana kegiatan harian dua perbaikan dari siklus dua pada kegiatan inti nomor satu “memasangkan kata pada gambar dengan berjalan mundur” dari 15 anak yang mendapat nilai tertinggi sebanyak anak dengan kategori nilai bintang 4 (empat) atau baik sekali.


B. SARAN

Berdasarkan kesimpulan tersebut diatas, hal – hal yang seharusnya saya lakukan sebagai seorang pendidik untuk meningkatkan kualitas pembelajaran adalah :
a. Pendidikan hendaknaya menggunakan metode pembelajaran yang dapat memotivasi anak didik.
b. Sebelum pembelajaran berlangsung, pendidikan hendaknya menguasai materi yang akan digunakan.
c. Sebelum pembelajaran berlangsung, pendidik hendaknya mempersiapkan terlebih dahulu alat peraga / sumber belajar terlebih dahulu.
d. Dalam kegiatan pembelajaran, pendidik dituntut untuk kreatif dan inovatif.
e. Pendidik harus bisa mengembangkan indikator dalam membuat kegiatan pembelajaran.
f. Hendaknya pendidik selalu berupaya melakukan perbaikan kinerjanya dalm pembelajaran agar tercipta suasan belajar yang kreatif, efektif, inovatif, dan menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.